Hingga saat ini Information Warfare banyak digunakan politikus dan militer untuk menyerang musuh atau menjatuhkan target yang dikehendaki. Information Warfare memiliki implikasi politik, teknis, operasional dan hukum yang sangat besar bagi militer dan sipil. Internet bukanlah satu-satunya alat yang digunakan sebagai media untuk melakukan aksi menyerang musuh melalui Information Warfare. Information Warfare dapat dilakukan dengan menggunakan media surat kabar, media sosial, virus komputer atau teknologi canggih lainnya. Internet merupakan salah satu media yang dapat dimanfaatkan untuk memperlancar tujuan melakukan serangan melalui Information Warfare untuk menghancurkan target. Tanpa media yang tepat aksi serangan yang ingin dilakukan memiliki risiko kegagalan tinggi sehingga tujuan utama tidak tercapai. Dengan menggunakan alat yang tepat Anda dapat melakukan aksi serangan, bertahan atau keduanya sekaligus dengan baik sehingga dapat memenangkan Information Warfare yang terjadi. Information Warfare dapat dilakukan melalui Hacker Attack, Spyware, Maliciuose software, virus komputer atau bahkan Cyber Attack.
Peperangan Informasi atau Information Warfare (IW) sudah ada sejak zaman Romawi Kuno dan sering dilakukan oleh penguasa dan militer hingga saat ini. Information Warfare dapat diartikan sebagai penggunaan informasi atau sistem informasi untuk mengganggu atau menghancurkan sebuah organisasi yang dianggap sebagai musuh. Berbagai institusi militer dari berbagai negara seperti US Department of Defence, Defense Information Systems Agency dan Federal Security Service of Russia telah mencatat banyak kasus tentang adanya Information Warfare yang terjadi. Data kejadian tersebut dapat dijadikan sebagai informasi tambahan untuk mengetahui metode, alat dan taktik yang tepat untuk melakukan serangan dan mempertahankan diri dari peperangan informasi. Ada tujuh bentuk Informatoin Warfare yang banyak diketahui oleh manusia, yaitu: Command and Control Warfare, Intelligence-Based Warfare, Electronic Warfare, Psychological Warfare, Hacker Warfare, Economic Information Warfare, and Cyberwarfare. Aktivitas yang dapat dianggap sebagai Information Warfare antara lain mengumpulkan informasi taktis, memeriksa akurasi informasi, menyebarkan propaganda dan disinformasi, melemahkan kualitas informasi lawan, menghalau lawan mengumpulkan informasi. Information Warfare merupakan aksi tindakan yang biasanya dilakukan oleh penguasa atau militer untuk menghancurkan target menggunakan berbagai metode yang ada.
Information Warfare memiliki implikasi signifikan bagi perkembangan teori militer modern. Information Warfare atau terkadang juga disebut dengan Information Operation dianggap sebagai jenis konflik yang melibatkan manipulasi, degradasi, penolakan atau penghancuran informasi. Senjata yang digunakan untuk melakukan IW dapat dikelompokkan menjadi perangkat lunak, perangkat keras, sistem elektromagnetik, dan sarana lainnya. Contoh alat bantu dalam bentuk perangkat lunak yang digunakan dalam Information Operation adalah Worm, Virus, Spyware dan Trojan. Perangkat lunak Spyware atau Malware diciptakan untuk mencegat atau mengambil kendali komputer orang lain tanpa diketahui atau tanpa izin dari pemiliknya. Worm dan virus komputer di rancang untuk melakukan eksploitasi komputer demi meraih keuntungan komersial.
Kualitas strategi, peralatan dan taktik yang tepat akan memengaruhi sukses atau tidaknya misi yang dilakukan. Para pemimpin Warfare hendaknya merenungkan tiga pertanyaan berikut sebelum memulai aksi Information Warfare. Pertama, Apakah peperangan tersebut memiliki sebuah tujuan besar? Kedua, Hal apa yang akan diketahui oleh pemimpin musuh ketika peperangan tersebut usai? Dan ketiga, Peralatan apa yang harus terpenuhi agar misi yang dilakukan dapat tercapai?Orang yang berada di dalam lingkungan yang sedang mengalami Information Warfare akan merasakan dampak tersebut sekaligus harus dapat mengantisipasi kerugian yang diterima dengan baik. Contoh kasus serangan Spyware terhadap IBM yang dilakukan oleh sekitar dua puluh orang yang bekerja untuk Hitachi Jepang, diketahui telah mencuri informasi rahasia bernilai antara 750 juta dan 2,5 miliar dolar selama tiga tahun. Mempelajari strategi, taktik dan peralatan Information Warfare akan memperluas wawasan dan keahlian Anda untuk menghadapi era Informasi dengan baik. Taktik untuk melakukan IW dapat dilakukan dengan cara menyerang atau bertahan. Teknik bertahan dalam IW fokus pada keamanan fisik, penanggulangan elektronik dan teknik enkripsi atau encryption. Offensive Information Warfare dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh individu dan/atau kelompok dengan tujuan politik dan strategis tertentu untuk menjaga integritas, ketersediaan dan kerahasiaan data dalam sistem informasi yang terhubung ke Internet.
Banyaknya cara yang dapat dilakukan oleh manusia untuk melakukan IW menjadikan orang harus lebih siap menghadapi segala kemungkinan jenis serangan yang dapat terjadi. Kerugian yang ditimbulkan dari adanya Information Warfare belum tentu mendapat ganti rugi atau bahkan mungkin belum banyak yang mengetahui cara untuk mencegahnya. Tujuh bentuk Informatoin Warfare yang banyak diketahui antara lain: Command and Control Warfare, Intelligence-Based Warfare, Electronic Warfare, Psychological Warfare, Hacker Warfare, Economic Information Warfare, and Cyberwarfare. Efek yang ditimbulkan dari bentuk-bentuk Information Warfare dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi target atau-pun orang yang terkena dampaknya secara tidak langsung. Ancaman Information Warfare biasa dilakukan oleh orang ahli sehingga cara untuk melakukan tindakan antisipasi juga tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang. Belum lagi adanya aktivitas tak terduga yang mengakibatkan kerugian sangat besar akan menjadi ancaman serius bagi pengguna, pengamat dan profesional yang berada di dalam lingkungan Information Warfare.
Information Gathering atau mengumpulkan informasi adalah langkah awal yang dilakukan oleh Hacker kepada target yang dapat berupa orang atau sistem. Information Gathering secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu Footprinting, scanning dan Ennumeration. Aktivitas Information Gathering menggunakan berbagai teknik, alat dan situs web selain dilakukan oleh Hacker juga biasa dilakukan oleh seorang Penetration-Tester untuk menguji keamanan sebuah sistem komputer. Untuk menjadi seorang Penetration-Tester Anda perlu memahami tentang konsep infrastruktur jaringan, sistem operasi, aplikasi, peralatan yang diperlukan dan lisensi seperti CEH, CAST, LPT, OSCP dan OSCE. Selain Information Gathering aktivitas yang menjadi bagian Information Warfare adalah memeriksa akurasi informasi, menyebarkan propaganda dan disinformasi, melemahkan kualitas informasi lawan, menghalau lawan mengumpulkan informasi. Contoh perangkat lunak yang digunakan sebagai alat bantu untuk melakukan Penetration Testing antara lain: Metasploit, Nmap, Wireshark, Aircrack-ng, John the Ripper, Nessusdan Burp Suite.
Information Warfare secara umum dapat diartikan sebagai penggunaan informasi atau sistem informasi untuk mengganggu atau menghancurkan target yang dapat berupa individu, perusahaan, organisasi, atau negara. Dampak yang ditimbulkan sangat merugikan sekaligus membahayakan target sekaligus pihak yang berada di lingkungan target tersebut. Teknik-teknik Information Warfare banyak digunakan oleh militer dan politikus untuk menyerang lawan yang menjadi target. Target serangan biasanya akan mengalami kerusakan sistem, dampak psikologi, kerugian ekonomi, kerahasiaan data, keselamatan dan kerusakan peralatan. Perangkat lunak anti virus seperti Comodo, Sophos, ClamAV, Bitdefender dan Esset dapat melindungi komputer dari berbagai perangkat lunak merugikan seperti Worm, Virus, Trojan, Malware dan Spam. Perangkat lunak opensource yang tersedia secara gratis dan bebas di Internet akan membuat Anda lebih hemat dan mudah melakukan praktik tentang teori yang telah dipelajari.
Peperangan Informasi atau Information Warfare (IW) sudah ada sejak zaman Romawi Kuno dan sering dilakukan oleh penguasa dan militer hingga saat ini. Information Warfare dapat diartikan sebagai penggunaan informasi atau sistem informasi untuk mengganggu atau menghancurkan sebuah organisasi yang dianggap sebagai musuh. Berbagai institusi militer dari berbagai negara seperti US Department of Defence, Defense Information Systems Agency dan Federal Security Service of Russia telah mencatat banyak kasus tentang adanya Information Warfare yang terjadi. Data kejadian tersebut dapat dijadikan sebagai informasi tambahan untuk mengetahui metode, alat dan taktik yang tepat untuk melakukan serangan dan mempertahankan diri dari peperangan informasi. Ada tujuh bentuk Informatoin Warfare yang banyak diketahui oleh manusia, yaitu: Command and Control Warfare, Intelligence-Based Warfare, Electronic Warfare, Psychological Warfare, Hacker Warfare, Economic Information Warfare, and Cyberwarfare. Aktivitas yang dapat dianggap sebagai Information Warfare antara lain mengumpulkan informasi taktis, memeriksa akurasi informasi, menyebarkan propaganda dan disinformasi, melemahkan kualitas informasi lawan, menghalau lawan mengumpulkan informasi. Information Warfare merupakan aksi tindakan yang biasanya dilakukan oleh penguasa atau militer untuk menghancurkan target menggunakan berbagai metode yang ada.
Information Warfare memiliki implikasi signifikan bagi perkembangan teori militer modern. Information Warfare atau terkadang juga disebut dengan Information Operation dianggap sebagai jenis konflik yang melibatkan manipulasi, degradasi, penolakan atau penghancuran informasi. Senjata yang digunakan untuk melakukan IW dapat dikelompokkan menjadi perangkat lunak, perangkat keras, sistem elektromagnetik, dan sarana lainnya. Contoh alat bantu dalam bentuk perangkat lunak yang digunakan dalam Information Operation adalah Worm, Virus, Spyware dan Trojan. Perangkat lunak Spyware atau Malware diciptakan untuk mencegat atau mengambil kendali komputer orang lain tanpa diketahui atau tanpa izin dari pemiliknya. Worm dan virus komputer di rancang untuk melakukan eksploitasi komputer demi meraih keuntungan komersial.
Kualitas strategi, peralatan dan taktik yang tepat akan memengaruhi sukses atau tidaknya misi yang dilakukan. Para pemimpin Warfare hendaknya merenungkan tiga pertanyaan berikut sebelum memulai aksi Information Warfare. Pertama, Apakah peperangan tersebut memiliki sebuah tujuan besar? Kedua, Hal apa yang akan diketahui oleh pemimpin musuh ketika peperangan tersebut usai? Dan ketiga, Peralatan apa yang harus terpenuhi agar misi yang dilakukan dapat tercapai?Orang yang berada di dalam lingkungan yang sedang mengalami Information Warfare akan merasakan dampak tersebut sekaligus harus dapat mengantisipasi kerugian yang diterima dengan baik. Contoh kasus serangan Spyware terhadap IBM yang dilakukan oleh sekitar dua puluh orang yang bekerja untuk Hitachi Jepang, diketahui telah mencuri informasi rahasia bernilai antara 750 juta dan 2,5 miliar dolar selama tiga tahun. Mempelajari strategi, taktik dan peralatan Information Warfare akan memperluas wawasan dan keahlian Anda untuk menghadapi era Informasi dengan baik. Taktik untuk melakukan IW dapat dilakukan dengan cara menyerang atau bertahan. Teknik bertahan dalam IW fokus pada keamanan fisik, penanggulangan elektronik dan teknik enkripsi atau encryption. Offensive Information Warfare dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh individu dan/atau kelompok dengan tujuan politik dan strategis tertentu untuk menjaga integritas, ketersediaan dan kerahasiaan data dalam sistem informasi yang terhubung ke Internet.
Banyaknya cara yang dapat dilakukan oleh manusia untuk melakukan IW menjadikan orang harus lebih siap menghadapi segala kemungkinan jenis serangan yang dapat terjadi. Kerugian yang ditimbulkan dari adanya Information Warfare belum tentu mendapat ganti rugi atau bahkan mungkin belum banyak yang mengetahui cara untuk mencegahnya. Tujuh bentuk Informatoin Warfare yang banyak diketahui antara lain: Command and Control Warfare, Intelligence-Based Warfare, Electronic Warfare, Psychological Warfare, Hacker Warfare, Economic Information Warfare, and Cyberwarfare. Efek yang ditimbulkan dari bentuk-bentuk Information Warfare dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi target atau-pun orang yang terkena dampaknya secara tidak langsung. Ancaman Information Warfare biasa dilakukan oleh orang ahli sehingga cara untuk melakukan tindakan antisipasi juga tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang. Belum lagi adanya aktivitas tak terduga yang mengakibatkan kerugian sangat besar akan menjadi ancaman serius bagi pengguna, pengamat dan profesional yang berada di dalam lingkungan Information Warfare.
Information Gathering atau mengumpulkan informasi adalah langkah awal yang dilakukan oleh Hacker kepada target yang dapat berupa orang atau sistem. Information Gathering secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu Footprinting, scanning dan Ennumeration. Aktivitas Information Gathering menggunakan berbagai teknik, alat dan situs web selain dilakukan oleh Hacker juga biasa dilakukan oleh seorang Penetration-Tester untuk menguji keamanan sebuah sistem komputer. Untuk menjadi seorang Penetration-Tester Anda perlu memahami tentang konsep infrastruktur jaringan, sistem operasi, aplikasi, peralatan yang diperlukan dan lisensi seperti CEH, CAST, LPT, OSCP dan OSCE. Selain Information Gathering aktivitas yang menjadi bagian Information Warfare adalah memeriksa akurasi informasi, menyebarkan propaganda dan disinformasi, melemahkan kualitas informasi lawan, menghalau lawan mengumpulkan informasi. Contoh perangkat lunak yang digunakan sebagai alat bantu untuk melakukan Penetration Testing antara lain: Metasploit, Nmap, Wireshark, Aircrack-ng, John the Ripper, Nessusdan Burp Suite.
Information Warfare secara umum dapat diartikan sebagai penggunaan informasi atau sistem informasi untuk mengganggu atau menghancurkan target yang dapat berupa individu, perusahaan, organisasi, atau negara. Dampak yang ditimbulkan sangat merugikan sekaligus membahayakan target sekaligus pihak yang berada di lingkungan target tersebut. Teknik-teknik Information Warfare banyak digunakan oleh militer dan politikus untuk menyerang lawan yang menjadi target. Target serangan biasanya akan mengalami kerusakan sistem, dampak psikologi, kerugian ekonomi, kerahasiaan data, keselamatan dan kerusakan peralatan. Perangkat lunak anti virus seperti Comodo, Sophos, ClamAV, Bitdefender dan Esset dapat melindungi komputer dari berbagai perangkat lunak merugikan seperti Worm, Virus, Trojan, Malware dan Spam. Perangkat lunak opensource yang tersedia secara gratis dan bebas di Internet akan membuat Anda lebih hemat dan mudah melakukan praktik tentang teori yang telah dipelajari.